JAKARTA, 06 Desember 2010 - Rencana pemerintah untuk melakukan pembatasan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi oleh kendaraan bermotor telah menimbulkan beragam tanggapan, baik pro maupun kontra.
Namun, terlepas dari bermacam tanggapan itu kita wajib mengetahui karakter dari jenis bahan bakar tersebut, manfaatnya bagi kendaraan kita, serta spefisikasi mesin mobil kita. Fakta selama ini menunjukkan bila mesin yang berkompresi tinggi dipaksakan mengonsumsi bensin beroktan rendah selain tak akan bertenaga, juga lebih boros.
“Pasalnya, bahan bakar beroktan rendah tidak mudah terbakar sehingga tekanan piston untuk menggerakkan engkol mesin juga rendah. Akibatnya tenaga loyo,” tutur Hendra Budianta, modifikator mesin di Serpong, Banten, Senin (6/11).
Tak hanya itu. Pada kondisi ekstrem penggunaan bahan bakar beroktan rendah dapat menimbulkan ledakan prematur. Bila hal itu terjadi terus menerus dan dalam waktu lama, maka kepala piston bisa jebol.
Sebaliknya, mesin yang memiliki kompresi rendah dan menggunakan bahan bakar beroktan tinggi tidak akan memiliki pengaruh bertambahnya tenaga alias mubazir. Bahkan, bahan bakar beroktan tinggi yang relatif sulit terbakar, akan semakin sulit terbakar oleh mesin berspesifikasi seperti itu.
Bisa juga terjadi, sebagian dari bahan bakar itu mengalami gagal bakar dan ada kemungkinan menimbulkan kerak yang mengganggu performa mesin. “Memang, sebagian besar bahan bakar jenis ditambahi zat aditif pembersih mesin, tetapi jangan berspekulasi,” tandas Hendra.
Lantas langkah seperti apa yang tepat untuk memilih bahan bakar sehingga tidak berisiko merusak mesin, tetapi maksimal menghasilkan tenaga mesin serta tidak membikin kantong jebol? Berikut Hendra berbagi tips untuk Anda:
1. Kenali spesifikasi dan karakter mesin mobil
Pada umumnya, mobil yang diproduksi 1990 dirancang untuk mengkonsumsi bahan bakar dengan oktan di atas 90. Di Indonesia oktan di atas angka itu ada dua, yaitu 92 dan 95.
Secara umum, pabrikan telah merancang mobil dengan mesin yang memiliki rasio kompresi 7 : 1 hingga 9 : 1 cukup mengkonsumsi bahan bakar beroktan 88. Mesin dengan rasio kompresi 9,1 : 1 sampai dengan 10 : 1 wajib mengkonsumsi bahan bakar beroktan 92.
Lebih dari itu, atau rasio kompresi 10:1 atau lebih, harus mengkonsumsi bahan bakar minimal beroktan 95.
“Tetapi mobil yang telah dilengkapi teknologi forced induction berupa turbocharger atau supercharger sebaiknya menggunakan bahan bakar beroktan tinggi,” terang Hendra.
Pasalnya, perangkat itu berfungsi memperbanyak dan mempercepat asupan udara ke ruang bakar mesin agar proses pembakaran berlangsung sempurna. Banyaknya asupan udara tersebut menjadikan tekanan kompresi tinggi.
Bila mesin dengan rasio kompresi tinggi namun diisi bahan bakar beroktan rendah menyebabkan proses pembakaran tidak sempurna. Proses pembakaran seperti itu terjadi secara spontan dan menimbulkan suara keras, namun tidak merata. Suara mesin menjadi kasar atau ledakan keras.
Bila ledakan demi ledakan berlangsung keras, gerakkan piston menjadi tidak karuan maka bagian atas piston bisa jebol. Bahkan blok silinder pun rusak karena gerakkan itu. Akibat selanjutnya, bagian-bagain mesin akan rontok.
2. Hati-hati mencampur bahan bakar
Pengalaman selama ini juga membuktikan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi untuk mobil dengan mesin berkompresi rendah tidak akan berpengaruh pada tenaga yang dihasilkan. Secara teori, proses pembakaran di mesin dengan bahan bakar beroktan tinggi akan sempurna.
Namun, hal itu tidak serta merta menambah tenaga seperti yang disebut-sebut selama ini. “Kalau pun ada itu hanya sugesti saja, mungkin karena proses pembakaran lebih baik dan mesin lebih bersih,” papar Hendra.
Begitu pula sebaliknya bila Anda ingin mencampur bahan bakar antara bahan bakar beroktan tinggi dan rendah, juga tidak akan mendongkrak tenaga. Pencampuran bahan bakar ini hanya akan menambah kecepatan proses pembakaran dan menghindari gagal bakar yang berakibat terganggunya performa mesin.
Memang, pencampuran bahan bakar tidak merusak mesin. Tetapi dengan catatan, campuran itu untuk mesin yang cocok dengan bahan bakar beroktan rendah atau oktan 88. “Kalau mesin harus menggunakan bahan bakar beroktan tinggi menggunakan bahan bakar campuran karena untuk berhemat, piston bisa jebol,” tandas Hendra.
Seperti diketahui, pembakaran yang tidak sempurna terjadi karena bahan bakar yang disemburkan ke ruang bakar tidak terbakar pada saat yang tepat. Kompresi mesin yang tinggi menyebabkan suhu campuran udara dan bahan bakar cepat naik atau tinggi, sehingga cepat mencapai titik panas dan meledak.
Itulah yang disebut pembakaran dini pre-ignition atau orang sering menyebutnya auto-ignition, yaitu pembakaran prematur. Ledakan itulah yang mendorong atau tepatnya piston seperti dipukul dengan benda keras, dan lama-lama bisa jebol.
3. Ikuti aturan dari pabrikan
Sebagai langkah antisipasi agar anda tidak dirongrong oleh mesin mobil Anda karena kerap rewel atau bahkan rusak akibat penggunaan bahan bakar yang tidak tepat, sebaiknya ikuti ketentuan penggunaan bahan bakar dari pabrikan.
Biasanya, tingkat besaran rasio kompresi mesin dicantumkan di buku manual atau ditunjukkan melalui sticker yang ditempel pada mesin atau di tutup tangki bahan bakar.
Bila Anda tetap memilih bahan bakar beroktan rendah untuk mobil bermesin kompresi dan akan menambahinya dengan zat aditif boleh-boleh saja. Namun, jangan berspekulasi dengan sembarang memilih. Pastikan bahan itu aman dengan konsultasi ke ahlinya.
Semoga bermanfaat…
Sumber : rajufebrian.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar